Pada budidaya udang di tambak, air yang berwarna hijau seringkali dianggap sebagai pertanda baik dan kondisi yang menguntungkan. Warna hijau yang timbul tersebut disebabkan oleh keberadaan fitoplankton, yaitu mikroorganisme fotosintetik yang hidup melayang-layang di kolom air. Salah satu jenis fitoplankton yang umum ditemukan yaitu blue-green algae (BGA). Walaupun termasuk fitoplankton, BGA memiliki karakteristik berbeda yang dapat merugikan budidaya jika pertumbuhannya tidak terkendali. Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk memahami lebih dalam terkait BGA.
Apa Itu Blue-Green Algae (BGA)?
Blue-green algae (BGA) atau cyanobacteria merupakan mikroorganisme fotosintetik yang umumnya ditemukan di berbagai ekosistem perairan baik perairan tawar dan laut. Jika jumlahnya seimbang di perairan , BGA dapat berperan penting sebagai pakan alami dan berfungsi sebagai indikator kualitas lingkungan perairan. Namun, jika pertumbuhannya meningkat secara drastis atau blooming dapat menjadi ancaman untuk kegiatan budidaya. Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tambak sehingga memicu penurunan kadar oksigen hingga kematian massal. Jumlah BGA yang banyak dapat menimbulkan toksin seperti microcystin, anatoxin, dan saxitoxin sehingga mengganggu sistem saraf dan pencernaan udang serta kematian udang (Zhang et al. 2022).
Ciri-ciri Blue-Green Algae (BGA) di Tambak
Blue-green algae (BGA) sering muncul tanpa disadari karena penampilannya yang mirip dengan fitoplankton biasa. Menurut Hua dan Yaacob (2019), ada beberapa tanda yang bisa dikenali sejak awal untuk mencegah dampak yang lebih besar di tambak, di antaranya:
- Warna air berubah menjadi hijau kebiruan atau terlihat terlalu pekat.
- Penurunan kadar oksigen terlarut (DO) terutama pada malam atau pagi hari, karena BGA menyerap oksigen saat tidak ada cahaya.
- Muncul lendir pada insang udang, yang dapat menyumbat saluran pernapasan dan menyebabkan stres hingga kematian.
Pertumbuhan BGA yang berlebihan umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan tambak yang kurang terkontrol. Salah satu faktor utamanya adalah tingginya kandungan nutrien seperti nitrogen dan fosfor di dalam air yang berasal dari sisa pakan, kotoran udang, atau bahan organik yang tidak terurai sehingga menjadi sumber makanan utama bagi BGA untuk berkembang.Selain itu, suhu air yang hangat dan intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat mempercepat proses fotosintesis BGA, sehingga mempercepat pertumbuhannya. Kurang optimalnya aerasi dan sirkulasi air juga menyebabkan kolam air di dominasi oleh BGA karena tidak ada kompetisi ruang dan cahaya. Faktor-faktor tersebut dapat memicu blooming BGA, sehingga diperlukan upaya pencegahan yang cepat dan tepat.
Solusi Pengendalian Blue-Green Algae (BGA)
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan pertumbuhan BGA di tambak menurut Buley et al. (2019), yaitu:
- Kontrol Nutrien dalam Air : Hindari pemberian pakan berlebihan serta melakukan penyiponan dasar tambak untuk membuang kotoran dan lumpur organik
- Perbaiki Aerasi dan Sirkulasi Air : Menggunakan aerator atau kincir air secara merata di seluruh kolam serta memastikan air tidak stagnan supaya BGA tidak mendominasi area permukaan air
- Pengaplikasian Probiotik : Pengaplikasian probiotik secara rutin
- Pengecekan Kualitas Air Secara Rutin : Pengecekan suhu, pH, DO, salinitas, dan kecerahan air setiap hari, melakukan pengamatan perubahan warna air di tambak, serta melakukan pergantian air sebagian jika kualitas air mulai memburuk
Walaupun BGA termasuk fitoplankton yang bermanfaat bagi udang, namun apabila keberadaannya dalam jumlah berlebih bisa menjadi ancaman serius bagi kelangsungan budidaya. Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk mengenali tanda-tandanya sejak awal, serta menerapkan manajemen pakan dan kualitas air yang baik untuk mencegah blooming BGA.
Sumber:
Buley RP, Yang Z, Gladfelter MEF, Wilson AE. 2019. Controlling blue-green algal blooms in aquaculture ponds using hydrogen peroxide. Wildlife Diseases. 54(3): 548-552.
Hua LM, Yaacob KKK. 2019. Study of Blue-Green Algae and Assessment of the Microcystin in Shrimp Aquaculture Farms in Sarawak. Borneo Journal of Resource Science and Technology. 9(2): 72-81.
Zhang W, Liu J, Xiao Y, Zhang Y, Yu Y, Zheng Z, Liu Y, Li Q. 2022. The Impact of Cyanobacteria Blooms on the Aquatic Environment and Human Health. Toxins (Basel). 14(10): 1-10
Penulis : Iin Nur Fadhilah, S.Pi.